Rabu, 25 September 2013


TEORI HUMANISTIK CARL ROGERS

 

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori-Teori Kepribadian
Dosen Pengampu  :  Reni Tri Herdiani

                                                    Di susun oleh :                                      
1.    Dilliage Candra buana         (111500016)
2.    Fariza Hildiyani                   (111500185)
3.   Thofiqs Warnanto                (111500057)
4.   Azis Maulana                        (111500083)
5.   Yulli Eka Pratiwi                  (111500065)
6.   Lutfiani Wijayanti                (111250027)
Semester : 4 D


PROGDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2012



KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis bisa menyusun sebuah makalah yang berjudul “Teori Hhumanistik menurut Carl Rogers” dengan baik.
Dalam menyusun makalah ini, penulis berusaha untuk mengumpulkan materi dari berbagai sumber, namun demikian tetap disadari bawa makalah ini tidak terlepas dari berbagai kekurangan bahkan kesalahan. Sehubungan dengan hal tersebut, diharapkan adanya saran yang bersifat menyempurnakan isi dari makalah ini yang akan diterima dengan senang hati disertai ucapan terimakasih.
Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca yang budiman dan bagi kemajuan dunia pendidikan Indonesia pada umumnya.






Tegal,    April 2013

             Penyusun





DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL .........................................................................................      
KATA PENGANTAR .......................................................................................
DAFTAR ISI ......................................................................................................      
BAB I    PENDAHULUAN ..............................................................................      
A.      Latar Belakang ..............................................................................
B.       Rumusan Masalah..........................................................................
C.       Tujuan Penulisan Makalah ............................................................      
BAB II   PEMBAHASAN .................................................................................      
A.      Sejarah munculnya teori Humanistik.............................................      
B.       Biografi Carl Rogers......................................................................      
C.       Teori Humanistik Carl Rogers.......................................................      
D.      Pokok-pokok Teori Gogers............................................................
E.       Aplikasi Teori Humanistik Terhadap Pembelajaran Siswa............
F.        Kelebihan dan Kelemahan Teori Humanistik Carl Rogers............      
BAB III PENUTUP ...........................................................................................      
Kesimpulan ..........................................................................................      
DAFTAR PUSTAKA










PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Banyak sekali teori yang mengemukakan tentang kepribadian, akan tetapi dalam pembahasannya, makalah ini hanya akan membahas mengenai teori kepribadian HumanistiK. Dalam pandangan Humanistik, manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka. Aliran Humanistik menyumbangkan arah yang positif dan optimis bagi pengembangan potensi manusia, disebut sebagai yang mengembalikan hakikat psikologi sebagai ilmu tentang manusia. Carl Roger merupakan tokoh Teori Kepribadian Humanistik, Ia Lahir di Illinois (1902 – 1988) Ia adalah salah seorang peletak dasar dari gerakan potensi manusia, yang menekankan perkembangan pribadi melalui latihan sensitivitas, kelompok pertemuan, dan latihan lainnya yang ditujukan untuk membantu orang agar memiliki pribadi yang sehat. 

B.  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sejarah munculnya Teori Humanisik ?
2.      Siapakah Carl Rogers itu ?
3.      Apa teori humanistik carl Rogers itu ?
4.      Apa pokok-pokok teori Rogers ?
5.      Bagaimana Aplikasi Teori Humanistik Terhadap Pembelajaran Siswa ?
6.      Apakah kelemahan dan kelebihan dari teori belajar humanistik yang dikemukakan Carl Rogers?

C.       Tujuan Penulisan Makalah
1.      Mengetahui bagaimana sejarah munculnya teori humanistik.
2.      Mengetahui biografi tentang Carl Rogers.
3.      Mengetahui teori humanistik menurut Carl Rogers.
4.      Mengetahui pokok-pokok teori Rogers.
5.      Mengetahui aplikasi teori humanistik terhadap pembelajaran siswa.
6.      Mengetahui kelemahan dan kelebihan dari teori humanistik yang dikemukakan oleh Carl Rogers
PEMBAHASAN

A.    Sejarah munculnya Teori Humanisik
Pada akhir tahun 1940-an muncul suatu perspektif psikologi baru. Orang-orang yang terlihat dalam penerapan psikologilah yang berjasa dalam perkembangan ini, misalnya ahli-ahli psikologi klinik, pekerja-pekerja sosial dan konseler, bukan merupakan hasil penelitian dalam bidang proses belajar. Gerakan ini berkembang dan kemudian dikenal sebagai psikologi humanistik, eksestensial, perseptual, atau fenomenalogikal. Psikologi ini berusaha untuk memahami perilaku seseorang dari sudut si pelaku (behaver), bukan dari pengamat (observer).
Selain itu, psikologi humanistik dimulai di Amerika Serikat dan Eropa pada tahun 1950-an, dan terus-menerus tumbuh baik dalam jumlah pengikut maupun dalam lingkip pengaruhnya. Psikologi humanistic lahir dari ketidakpuasan terhadap jalan yang ditempuh oleh psikologi pada awal abad ke 20. Ketidakpuasan itu terutama tertuju pada gambaran manusia yang dibentuk oleh psikologi modern, suatu gambaran yang partial, tidak lengkap, dan satu sisi. Factor lain yang memberikan andil terhadap kemunculan psikologi humanistic adalah keyakinan yang dianut oleh sejumlah ahli psikologi, yakni keyakinan bahwa psikologi telah terlalu lama mempelajari fungsi-fungsi manusia tetapi dengan menghilangkan manusia itu sendiri, atau memusatkan perhatiannya pada hal-hal yang sekunder dan peripheral seraya mengabaikan hal-hal yang primer dan esensial.

B.  Biografi Carl Rogers
Carl Ransom Rogers lahir pada 8 januari 1902 di Oak Park, Illinois, anak ke enam bersaudara yang lahir dari pasangan Walter dan Julia Cushing Rogers. Pada umur 12 tahun keluarganya mengusahakan pertanian dan Rogers menjadi tertarik kepada pertanian secara ilmiah. Pertanian ini membawanya ke perguruan tinggi, dan pada tahun-tahun pertama Rogers sangat gemar akan ilmu alam dan ilmu hayat. Setelah menyelesaikan pelajaran di University of Wisconsin pada 1924 Rogers masuk Union Theological College of Columbia, disana Rogers mendapat pandangan yang liberal dan filsafat mengenai agama. Kemudian pindah ke Teachers College of Columbia, disana Rogers terpengaruh oleh filsafat John Dewey serta mengenal psikologi klinis dengan bimbingan L. Hollingworth. Rogers mendapat gelar M.A. pada 1928 dan doctor pada 1931 di Columbia. Pengalaman praktisnya yang pertama-tama diperolehnya di Institute for Child Guidance. Lembaga tersebut orientasinya Freudian. Rogers menemukan bahwa pemikiran Freudian yang spekulatif itu tidak cocok dengan pendidikan yang diterimanya yang mementingkan statistik dan pemikiran menurut aliran Thorndike.
C.    Teori Humanistik Carl Rogers

Rogers terkenal sebagai seorang tokoh psikologi humanistik, aliran fenomenologis-eksistensial, psikolog klinis dan terapis, ide – ide dan konsep teorinya banyak didapatkan dalam pengalaman -pengalaman terapeutiknya. Ide pokok dari teori – teori Rogers yaitu individu memiliki kemampuan dalam diri sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani masalah – masalah psikisnya asalkan pendidik menciptakan kondisi yang dapat mempermudah perkembangan individu untuk aktualisasi diri. Pendidikan humanistik berusaha mengembangkan individu secara  keseluruhan melalui pembelajaran nyata. Pengembangan aspek emosional, sosial, mental, dan keterampilan dalam berkarier menjadi fokus dalam model pendidikan humanistic. Penganut aliran Humanistik selalu mendorong peningkatan kualitas diri manusia melalui penghargaannya terhadap potensi-potensi positif yang ada pada setiap insan. Seiring dengan perubahan dan tuntutan zaman, proses pendidikan pun senantiasa berubah.

Rogers menyebut teorinya bersifat humanis dan menolak pesimisme suram dan putus asa dalam psikoanalisis serta menentang teori behaviorisme yang memandang manusia seperti robot. Teori humanisme Rogers lebih penuh harapan dan optimis tentang manusia karena manusia mempunyai potensi-potensi yang sehat untuk maju. Dasar teori ini sesuai dengan pengertian humanisme pada umumnya, di mana humanisme adalah doktrin, sikap, dan cara hidup yang menempatkan nilai-nilai manusia sebagai pusat dan menekankan pada kehormatan, harga diri, dan kapasitas untuk merealisasikan diri untuk maksud tertentu.

                                                                                                     




a)    Perkembangan kepribadian

·      Konsep Diri
Konsep diri (self concept) menurut Rogers adalah bagian sadar dari ruang fenomenal yang disadari dan disimbolisasikan, dimana “aku“ merupakan pusat referensi setiap pengalaman. Konsep diri merupakan bagian inti dari pengalaman individu yang secara perlahan dibedakan dan disimbolisasikan sebagai bayangan tentang diri yang mengatakan “apa dan siapa aku sebenarnya“ dan “apa yang sebenarnya harus saya perbuat“. Jadi, self concept adalah kesadaran batin yang tetap, mengenai pengalaman yang berhubungan dengan aku dan membedakan aku dari yang bukan aku.
Contohnya : Perut adalah bagian dari diri organismik namun, kecuali salah berfungsi dan menyebabkan kekhawatiran, perut tampaknya tidak pernah menjadi bagian dari konsep diri seseorang. Dengan cara yang sama, manusia dapat kehilangan aspek-aspek tertentu kediriannya, seperti pengalaman ketidakjujuran ketika pengalaman tersebut tidak konsisten dengan konsep diri mereka.
Karena itu. Sekali manusia mebentuk konsep dirinya, mereka akan mnemukan bahwa perubahan dan pembelajaran yang signifikan cukup sulit dilakukan. Pengalaman-pengalaman yang tidak konsisten dengan konsep diri biasanya disangkal, atau diterima hanya dalam bentuk yang terdistori. Konsep diri yang sudah mapan bukan lantas membuat perubahan menjadi mustahil terjadi, hanya saja sulit dilakukan. Perubahan paling siap untuk terjadi hanya jika berada dalam atmosfer penerimaan oleh orang lain karena mengizinkan seseorang mereduksi kecemasan dan ancaman yng dirasakannya, dan mendorongnya untuk menjadikan pengalaman-pengalaman yang sebelumnya ditolak sebagai miliknya.
Konsep diri ini terbagi menjadi 2 yaitu konsep diri real dan konsep diri ideal. Untuk menunjukkan apakah kedua konsep diri tersebut sesuai atau tidak, Rogers mengenalkan 2 konsep lagi yaitu
1. Incongruence
Incongruence adalah ketidakcocokan antara self yang dirasakan dalam pengalaman aktual disertai pertentangan dan kekacauan batin. Ketidakseimbangan psikologis dimulai saat kita gagal untuk menyadari pengalaman-pengalaman keorganismean kita sebagai pengalaman diri artinya, jika kita tidak menyimbolkan secara akurat pengalaman-penghayatan organismik tersebut menjadi kesadaran karena mereka akan tampak tidak konsisten dengan konsep diri kita.
2. Congruence
Congruence berarti situasi dimana pengalaman diri diungkapkan dengan seksama dalam sebuah konsep diri yang utuh, integral, dan sejati.
Menurut Rogers, para orang tua akan memacu adanya incongruence ini ketika mereka memberikan kasih sayang yang kondisionmal kepada anak-anaknya. Orang tua akan menerima anaknya hanya jika anak tersebut berperilaku sebagaimana mestinya, anak tersebut akan mencegah perbuatan yang dipandang tidak bisa diterima. Disisi lain, jika orang tua menunjukkan kasih sayang yang tidak kondisional, maka si anak akan bisa mengembangkan congruence-nya. Remaja yang orang tuanya memberikan rasa kasih sayang kondisional akan meneruskan kebiasaan ini dalam masa remajanya untuk mengubah perbuatan agar dia bisa diterima di lingkungan.
Dampak dari incongruence adalah Rogers berfikir bahwa manusia akan merasa gelisah ketika konsep diri mereka terancam. Untuk melindungi diri mereka dari kegelisahan tersebut, manusia akan mengubah perbuatannya sehingga mereka mampu berpegang pada konsep diri mereka. Manusia dengan tingkat incongruence yang lebih tinggi akan merasa sangat gelisah karena realitas selalu mengancam konsep diri mereka secara terus menerus.
Contoh:
Erin yakin bahwa dia merupakan orang yang sangat dermawan, sekalipun dia seringkali sangat pelit dengan uangnya dan biasanya hanya memberikan tips yang sedikit atau bahkan tidak memberikan tips sama sekali saat di restoran. Ketika teman makan malamnya memberikan komentar pada perilaku pemberian tipsnya, dia tetap bersikukuh bahwa tips yang dia berikan itu sudah layak dibandingkan pelayanan yang dia terima. Dengan memberikan atribusi perilaku pemberian tipsnya pada pelayanan yang buruk, maka dia dapat terhindar dari kecemasan serta tetap menjaga konsep dirinya yang katanya dermawan.
Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan, dan cinta dari orang lain. Kebutuhan ini disebut need for positive regard, yang terbagi lagi menjadi 2 yaitu conditional positive regard (bersyarat) dan unconditional positive regard (tak bersyarat).
Rogers menggambarkan pribadi yang berfungsi sepenuhnya adalah pribadi yang mengalami penghargaan positip tanpa syarat. Ini berarti dia dihargai, dicintai karena nilai adanya diri sendiri sebagai person sehingga ia tidak bersifat defensif namun cenderung untuk menerima diri dengan penuh kepercayaan.
Pendekatan humanistik menyatakan bahwa diri terdiri dari konsep-konsep unik untuk diri kita sendiri komponen. Konsep- konsep tersebut antara lain :
1.        Cukup layak (atau harga diri) yaitu apa yang kita pikirkan tentang diri kita. Rogers percaya perasaan harga diri yang dikembangkan pada anak usia dini dan terbentuk dari interaksi anak dengan ibu dan ayah.
2.        Citra diri yaitu bagaimana kita melihat diri kita, yang penting untuk kesehatan psikologis yang baik. Citra diri termasuk pengaruh gambar tubuh kita pada kepribadian batin. Pada tingkat sederhana, kita mungkin menganggap diri sebagai orang baik atau buruk, indah atau jelek. Citra diri memiliki mempengaruhi bagaimana seseorang berpikir merasa dan berperilaku di dunia.
3.        Ideal diri yaitu ingin menjadi seperti apa diri kita. Ini terdiri dari tujuan kita, ambisi dalam hidup, dan dinamis - yaitu selamanya berubah. Yang ideal diri pada anak bukanlah diri ideal di usia remaja kita atau akhir usia dua puluhan dll
Rogers lebih melihat pada masa sekarang, dia berpendapat bahwa masa lampau memang akan mempengaruhi cara bagaimana seseorang memandang masa sekarang yang akan mempengaruhi juga kepribadiannya. Namun ia tetap berfokus pada apa yang terjadi sekarang bukan apa yang terjadi pada waktu itu.


Menurut Carl Rogers ada bebeapa hal yang mempengaruhi Diri, yaitu:
a.      Kesadaran
Tanpa adanya kesadaran, maka konsep diri dan diri ideal tidak akan eksis.Rogers (1959) mendifinisikan kesadaran sebagai “representasi simbolik (yang tidak mesti terperangkat dalam simbol-simbol verbal) dari sejumlah pengalaman kita” (hlm.198). Istilah “kesadaran” ini sering disinonimkan Rogers dengan alam sadar (conciousness) dan simbolisasi. Ada 3 tingkat kesadaran.
1)      Pengalaman yang dirasakan dibawah ambang sadar akan ditolak atau disangkal.
2)      Pengalaman yang dapat diaktualisasikan secara simbolis akan secara langsung diakui oleh struktur
          diri.
3)      Pengalaman yang dirasakan dalam bentuk distorsi. Jika pengalaman yang dirasakan tidak sesuai
          dengan diri (self), maka dibentuk kembali dan didistorsikan sehingga dapat diasimilasikan oleh
          konsep diri.

b.      Kebutuhan
1)      Pemeliharaan
Pemeliharaan tubuh organismik dan pemuasannya akan makanan, air, udara, dan keamanan , sehingga tubuh cenderung ingin untuk statis dan menolak untuk berkembang.
2)      Peningkatan diri
Meskipun tubuh menolak untuk berkembang, namun diri juga mempunyai kemampuan untuk belajar dan berubah.
3)      Penghargaan positif (positive regard)
Begitu kesadaran muncul, kebutuhan untuk dicintai, disukai, atau diterima oleh orang lain.
4)      Penghargaan diri yang positif (positive self-regard)
Berkembangannya kebutuhan akan penghargaan diri (self-regard) sebagai hasil dari pengalaman dengan kepuasan atau frustasi. Diri akan menghindari frustasi dengan mencari kepuasan akan positive self-regard.

c.       Stagnasi Psikis
Stagnasi psikis terjadi bila :
1)      Ada ketidak seimbangan antara konsep diri dengan pengalaman yang dirasakan oleh diri organis.
2)      Ketimpangan yang semakin besar antara konsep diri dengan pengalaman organis membuat seseorang menjadi mudah terkena serangan. Kurang akan kesadaran diri akan membuat seseorang berperilaku tidak logis, bukan hanya untuk orang lain namun juga untuk dirinya.
3)      Jika kesadaran diri tersebut hilang, maka muncul kegelisahan tanpa sebab dan akan memuncak menjadi ancaman.
Untuk mencegah tidak konsistennya pengalaman organik dengan konsep diri, maka perlu diadakan pertahanan diri, adalah perlindungan terhadap konsep diri terhadap kecemasan dan ancaman lewat penyangkalan atau pendistorsian pengalaman-pengalaman yang konsisten dengannya (Rogers 1959), Karena konsep diri terdiri atas banyak pernyataan diskriptif maka hal ini merupakan fenomenon dengan banyak sisi. Ketika pengalaman kita tidak konsisten dengan salah satu bagian konsep-diri, kita akan bersikap defensif untuk melindungi konsep diri saat.
Dua pembelaan diri yang utama adalah distorsi dan penyangkalan. Yang dimaksud distorsi adalah kesenjangan menginterpretasikan pengalaman secara keliru agar cocok dengan beberapa aspek konsep diri. Sementara penyangkalan adalah penolakan untuk memahami pengalaman dalam kesadaran kita atau minimal menjauhkan beberapa aspeknya mencapai simbolisasi. Penyangkalan tidak seumum distorsi karena sebagian besar pengalaman bisa diplintir atau dibentuk ulang agar cocok dengan konsep diri yang ada. Menurut Rogers (1959) baik distorsi maupun penyangkalan melayani tujuan yang sama mereka mempertahankan persepsi tentang penghayatan organismik yang konsisten dengan konsep diri, mengijinan kita mengabaikan atau menghalangi pengalaman yang dapat menyebabkan rasa cemas atau pengalaman yang tidak menyenangkan.
Cara pertahanan adalah karakteristik untuk orang normal dan neurotik. Jika seseorang gagal dalam menerapkan pertahanan tersebut, maka individu akan menjadi tidak terkendali atau psikotik. Individu dipaksakan untuk menerima keadaan yang tidak sesuai dengan konsep dirinya terus menerus dan akhirnya konsep dirinya menjadi hancur. Perilaku tidak terkendali ini dapat muncul mendadak atau dapat pula muncul bertahap.

D.    Pokok-pokok Teori Rogers

Konsepsi-konsepsi pokok dalam teori Rogers adalah :
organism, yaitu keseluruhan individu (the total individual)
medan phenomenal, yaitu keseluruhan pengalaman (the totally of experience)
self, yaitu bagian medan phenomenal yang terdiferensiasikan dan terdiri dari pola-pola pengamatan dan penilaian sadar daripada “I” atau “me”
1)      Organisme
Organisme memiliki sifat-sifat berikut :
§  Organisme bereaksi sebagai keseluruhan terhadap medan phenomenal dengan maksud memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
§  Organisme mempunyai satu motif dasar yaitu : mengaktualisasikan, mempertahankan dan mengembangkan diri.
§  Organisme mungkin melambangkan pengalamanya, sehingga hal itu disadari, atau mungkin menolak pelambangan itu, sehingga pengalaman-pengalaman itu tak disadari, atau mungkin juga organisme itu tak memperdulikan pengalaman-pengalamannya.
2)      Medan phenomenal
Medan phenomenal punya sifat disadari atau tak disadari, tergantung pengalaman yang mendasari medan phenomenal itu dilambangkan atau tidak.
3)      Self
Self mempunyai bermacam-macam sifat :
§  Self berkembang dari interaksi organisme dengan lingkungannya.
§  Self mungkin menginterasikan niali-nilai orang lain dan mengamatinya dalam cara (bentuk) yang tidak wajar.
§  Self mengejar (menginginkan) consistency (keutuhan/kesatuan, keselarasan)
§  Organisme bertingkah laku dalam cara yang selaras (consistent) dengan self.
§  Pengalaman-pengalaman yang tak selaras dengan struktur self diamati sebagai ancaman.
§  Self mungkin berubah sebagai hasil dari pematangan (maturation) dan belajar.


E.     .  Aplikasi Teori Humanistik Terhadap Pembelajaran Siswa

Aplikasi teori humanistic lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode- metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa, yang memberikan motivasi dan kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran.
Siswa berperan sebagai pelaku utama ( student center ) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar.
Pembelajaran berdasarkan teori humanistic ini cocok diterapkan untuk materi- materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indicator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang, bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.

F.     Kelemahan dan kelebihan teori Humanistik Carl Rogers

Kelemahan teori Humanistik Carl Rogers terletak pada perhatiannya yang semata- mata melihat kehidupan diri sendiri dan bukan pada bantuan untuk pertumbuhan serta perkembangan orang lain. Rogers berpendapat bahwa orang yang berfungsi sepenuhnya tampaknya merupakan pusat dari dunia, bukan seorang partisipan yang berinteraksi dan bertanggung jawab di dalamnya. Selain itu, gagasan bahwa seseorang harus dapat memberikan respons secara realistis terhadap dunia sekitarnya masih sangat sulit diterima. Semua orang tidak bisa melepaskan subyektivitasnya dalam memandang dunia karena kita sendiri tidak tahu dunia itu secara obyektif.
Rogers juga mengabaikan aspek- aspek sadar dalam tingkah laku manusia karena ia lebih melihat pada pengalaman masa sekarang dan masa depan, bukannya pada masa lampau yang biasanya penuh dengan pengalaman traumatic yang menyebabkan seseorang mengalami suatu penyakit psikologis.
Kelebihan teori Humanistik Carl Rogers pencatatan yang tepat mengenai jalannya terapi ini memungkinkan rogers menyelidiki jalannya perawatan secara obyektif dan kuantitatif














PENUTUP

A.      Kesimpulan

Dalam pandangan Humanistik, manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka. Aliran Humanistik menyumbangkan arah yang positif dan optimis bagi pengembangan potensi manusia, disebut sebagai yang mengembalikan hakikat psikologi sebagai ilmu tentang manusia, pada sisi perkembangan kepribadian manusia / individu. Psikolog humanistik mencoba untuk melihat kehidupan manusia sebagaimana manusia melihat kehidupan mereka. Mereka berfokus pada kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional untuk dalam mengendalikan hasrat biologisnya, serta dalam meraih potensi maksimal mereka. Dalam pandangan humanistik, manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka.














DAFTAR PUSTAKA

Rogers, C. R., & Dymond, R E. (Ed). (1954). Psychoterapy and Personality Change: Co ordinated Research Studies in the Client Centered Approach. Chicago: University of Chicago Press.
(1986). What Understanding and Acceptance Mean to Me. Dalam, Journal of Humanistic Psychology, 35, 7-22.
Rogers, C. R., Counseling and psychotherapy: newer concepts in practice, Houghton, Boston, 1942.
Rogers, C. R., Some observations on the organisation of personality Amer. Psychologist,-1947, 2, 358-368.