Kamis, 28 Maret 2013

Jangan anggap guru BK sebagai Polisi Sekolah

  Selama ini, peran dan citra seorang guru BK di mata murid dan masyarakat cenderung negatif. Guru BK seolah-olah hanya sebagai satpam dan polisi sekolah, dimana guru BK identik dengan tugas memarahi dan menasihati anak bermasalah. seperti berdiri di depan pintu gerbang menunggu siswa yang terlambat, menghakimi siswa yang berkelahi, bahkan guru BK memegang POIN pelanggaran sekolah. Dengan anggapan seperti itu maka jarang sekali siswa-siswa yang mau menemui guru BK di kantor BK, karena mereka bisa takut dan teman yang lain akan beranggapan setiap siswa yang datang ke ruang BK adalah siswa yang memiliki masalah.
“Anggapan sekolah adalah guru BK itu yang penting dia berkompeten, artinya yang penting dia memenuhi syarat menjadi guru BK seperti sikap yang dekat dengan siswa, diterima oleh siswa, dan dianggap mumpuni untuk menjadi seorang guru BK,
      Guru BK yang bukan seorang lulusan jurusan BK, memang bisa sekadar membimbing murid, tetapi akan bermasalah nanti dalam bidang administrasi serta pemecahan masalah, karena dalam penanganan siswa, guru BK harus memahami empat aspek bidang, sembilan aspek layanan, dan enam aspek pendukung, dan materi-materi itu hanya didapatkan dalam mata kuliah di jurusan BK. Jadi, nantinya tentu sangat bermasalah jika sebuah sekolah tidak ada guru BK yang benar-benar seorang lulusan jurusan BK,

“Guru BK sejati adalah guru yang dengan ikhlas, sabar, dan menghadapi segala masalah penyesuaian diri siswa dengan hati, sehingga guru tersebut masih menyadari bahwa hakikatnya guru BK adalah guru yang melindungi anak-anak yang bermasalah bukan malah membuang dan menyisihkan anak-anak yang bermasalah
      Di bangku kuliah inilah wawasan saya mengenai BK bertambah, persepsi saya pun berubah 3600 tentang guru BK dan ruangannya. Di universitas pula saya mengetahui bahwa tindakan kebanyakan guru BK yang tidak sesuai dalam menjalankan proses konseling disebabkan banyaknya guru BK yang latar belakangnya bukan dari jurusan BK itu sendiri.
Semenjak saat itu saya bertekat menjadi guru BK yang ideal yang mampu melayani siswa membantu mencarikan alternatif penyelesaian masalah yang mereka hadapi. Menjadi teman bicara yang siap mendengarkan keluh kesah bagi siswa. Tidak hanya sekedar mencari dan memanggil siswa yang absen, yang cabut, berkelahi dan macam-macam ketidak teraturan lainnya. Karena hal ini justru akan memberikan penafsiran yang salah tentang tugas dan tanggung jawab guru BK.
Persepsi keliru yang melekat pada guru BK tidak hanya terjadi oleh masyarakat ataupun siswa. Terkadang guru bidang studi pun memiliki persepsi yang keliru terhadap guru BK
Ada sebagian guru berpandangan miring serta salah akan penafsiran terhadap tugas dan peran guru BK dan hingga saat ini masih terdengar perbincangan yang memojokkan BK pada posisi yang kurang menguntungkan.Jika keadaan sekolah berjalan normal atau berprestasi atas kerja BK, maka jasa mereka tidak mendapat perhatian.Akan tetapi jika siswa absen, cabut, berkelahi dan macam-macam ketidak teraturan lainnya maka biasanya guru BK mendapat bagian cercaan.Untuk itu sebagai guru BK harus tegas memilah mana dari bagian tugas yang memang harus ia kerjakan dan mana yang bukan.
Ada 4 macam persepsi yang sering muncul terhadap tugas sebagai guru BK yaitu;1
1. BK disamakan dengan guru pada umumnya.
Pendapat demikian antara lain ;
a. Pendapat yang mengatakan bahwa BK sama dengan pendidikan lainnya.Mereka berpendapat bahwa tidak perlu ada BK di sekolah.Menurut mereka cukup dengan memperbaiki pendidikan dan fasilitasnya, maka BK tidak di perlukan lagi.Mereka lupa bahwa manusia punya hati, dan dengan itu sebagiannya pasti punya masalah yang perlu di carikan jalan pemecahannya.
b. Pendapat yang mengatakan bahwa BK tidak punya kompetensi yang cukup untuk membantu menangani masalah siswa dan harus di lakukan oleh para ahli.
2. BK sebagai Polisi sekolah
Masih banyak guru bahkan sebagian Kepala Sekolah yang beranggapan bahwa BK berperan sebagai benteng disiplin, tata tertib, Mereka beranggapan bahwa semua masalah siswa adalah tanggungjawab BK, maka kalau ada pelanggaran harus di serahkan ke BK.Tidak jarang pula BK di serahi tugas untuk mengusut perkelahian bahkan pencurian.Hal ini bukan merupakan tugas BK, dan apabila ada BK yang berbuat mengikuti yang seperti ini berarti dia telah menjadi pelopor menyalahi profesi BK, sebab tugas seperti itu tak pernah ada poin nya dalam SK penugasan kita?Dan apabila kita bertugas sebagai polisi sekolah maka siswa akan takut kepada kita, lalu bagaimana mungkin siswa akan datang membicarakan masalahnya secara sukarela.
3. BK “super” karena bisa jadi penyembuh.
Tidak dapat di sangkal bahwa BK di samping berperan sebagai preventif, juga berperan sebagai teman siswa dalam mencari /keluar dari permasalahannya.Namun demikian hendaknya kita juga sadar bahwa kita bukan orang “super” yang mampu membawa siswa keluar dari semua permasalahannya.BK tidak melayani “orang sakit” atau “kurang normal”, BK hanya melayani orang normal yang mengalami masalah tertentu.BK hanya membantu mencarikan alternatif penyelesaian masalah, sedangkan yang menentukan berhasil atau tidaknya adalah siswa.
4. Hasil kerja BK “Instant”.
Anggapan bahwa masalah yang di tangani oleh BK akan mendapatkan hasil yang nyata dalam sekejap alias sekali layanan adalah anggapan yang keliru.Objek yang dilayani adalah manusia yang punya hati, kemauan, kemampuan, bukannya seonggok barang yang bisa di perlakukan semaunya.Perlu waktu untuk merubah kebiasaan yang sudah melekat pada siswa dan itu bukan hal yang mudah.
Guru bimbingan dan konseling/konselor memiliki tugas, tanggungjawab, wewenang dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling terhadap peserta didik. Tugas guru bimbingan dan konseling/konselor terkait dengan pengembangan diri peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, dan kepribadian peserta didik di sekolah/madrasah.
Tugas guru bimbingan dan konseling/konselor yaitu membantu peserta didik dalam2:
1. Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami, menilai bakat dan minat.
2. Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial dan industrial yang harmonis, dinamis, berkeadilan dan bermartabat.
3. Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik mengembangkan kemampuan belajar untuk mengikuti pendidikan sekolah/madrasah secara mandiri.
4. Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir.

Rabu, 27 Maret 2013

Kisah semut dan Lalat

Beberapa ekor lalat nampak terbang berpesta di atas sebuah tong sampah di depan sebuah rumah. Suatu ketika, anak pemilik rumah keluar dan tidak menutup kembali pintu rumah. Kemudian nampak seekor lalat bergegas terbang memasuki rumah itu. Si lalat langsung menuju sebuah meja makan yang penuh dengan makanan lezat.
“Saya bosan dengan sampah-sampah itu, ini saatnya menikmati makanan segar,” katanya. Setelah kenyang, si lalat bergegas ingin keluar dan terbang menuju pintu saat dia masuk, namun ternyata pintu kaca itu telah terutup rapat. Si lalat hinggap sesaat di kaca pintu memandangi kawan-kawannya yang melambai-lambaikan tangannya seolah meminta agar dia bergabung kembali dengan mereka.
Si lalat pun terbang di sekitar kaca, sesekali melompat dan menerjang kaca itu, dengan tak kenal menyerah si lalat mencoba keluar dari pintu kaca. Lalat itu merayap mengelilingi kaca dari atas ke bawah dan dari kiri ke kanan bolak-balik, demikian terus dan terus berulang-ulang. Hari makin petang, si lalat itu nampak kelelahan dan kelaparan. Esok paginya, nampak lalat itu terkulai lemas terkapar di lantai.

Peran Pendidikan Karakter Dalam Melengkapi Kepribadian

“Banyak orang tahu apa yang baik, berbicara mengenai kebaikan namun melakukan yang sebaliknya” Pada awalnya, manusia itu lahir hanya membawa “personality” atau kepribadian. Secara umum kepribadian manusia ada 4 macam dan ada banyak sekali teori yang menggunakan istilah yang berbeda bahkan ada yang menggunakan warna, tetapi polanya tetap sama. Secara umum kepribadian ada 4, yaitu : 1. Koleris : tipe ini bercirikan pribadi yang suka kemandirian, tegas, berapi-api, suka tantangan, bos atas dirinya sendiri. 2. Sanguinis : tipe ini bercirikan suka dengan hal praktis, happy dan ceria selalu, suka kejutan, suka sekali dengan kegiatan social dan bersenang-senang. 3. Phlegmatis : tipe ini bercirikan suka bekerjasama, menghindari konflik, tidak suka perubahan mendadak, teman bicara yang enak, menyukai hal yang pasti. 4. Melankolis : tipe ini bercirikan suka dengan hal detil, menyimpan kemarahan, Perfection, suka instruksi yang jelas, kegiatan rutin sangat disukai. Di atas ini adalah teori yang klasik dan sekarang teori ini banyak sekali berkembang, dan masih banyak digunakan sebagai alat tes sampai pengukuran potensi manusia. Kepribadian bukanlah karakter. Setiap orang punya kepribadian yang berbeda-beda. Nah dari ke 4 kepribadian tersebut, masing-masing kepribadian tersebut memiliki kelemahan dan keunggulan masing-masing. Misalnya tipe koleris identik dengan orang yang berbicara “kasar” dan terkadang tidak peduli, sanguin pribadi yang sering susah diajak untuk serius, phlegmatis sering kali susah diajak melangkah yang pasti dan terkesan pasif, melankolis terjebak dengan dilemma pribadi “iya” dimulut dan “tidak” dihati, serta cenderung perfectionis dalam detil kehidupan serta inilah yang terkadang membuat orang lain cukup kerepotan. Tiap manusia tidak bisa memilih kepribadiannya, kepribadian sudah hadiah dari Tuhan sang pencipta saat manusia dilahirkan. Dan setiap orang yang memiliki kepribadian pasti ada kelemahannya dan kelebihannya di aspek kehidupan social dan masing-masing pribadi. Mudah ya, penjelasan ini. Nah, karakter nya dimana? Saat tiap manusia belajar untuk mengatasi kelemahannya dan memperbaiki kelemahannya dan memunculkan kebiasaan positif yang baru maka inilah yang disebut dengan karakter. Misalnya, seorang koleris murni tetapi sangat santun dalam menyampaikan pendapat dan instruksi kepada sesamanya, seorang yang sanguin mampu membawa dirinya untuk bersikap serius dalam situasi yang membutuhkan ketenangan dan perhatian fokus. Itulah Karakter. Pendidikan Karakter adalah pemberian pandangan mengenai berbagai jenis nilai hidup, seperti kejujuran, kecerdasan, kepedulian dan lain-lainnya. Dan itu adalah pilihan dari masing-masing individu yang perlu dikembangkan dan perlu di bina, sejak usia dini (idealnya). Karakter tidak bisa diwariskan, karakter tidak bisa dibeli dan karakter tidak bisa ditukar. Karakter harus DIBANGUN dan DIKEMBANGKAN secara sadar hari demi hari dengan melalui suatu PROSES yang tidak instan. Karakter bukanlah sesuatu bawaan sejak lahir yang tidak dapat diubah lagi seperti sidik jari. Banyak saya perhatikan bahwa orang-orang dengan karakter buruk cenderung mempersalahkan keadaan mereka. Mereka sering menyatakan bahwa cara mereka dibesarkan yang salah, kesulitan keuangan, perlakuan orang lain atau kondisi lainnya yang menjadikan mereka seperti sekarang ini. Memang benar bahwa dalam kehidupan, kita harus menghadapi banyak hal di luar kendali kita, namun karakter Anda tidaklah demikian. Karakter Anda selalu merupakan hasil pilihan Anda. Ketahuilah bahwa Anda mempunyai potensi untuk menjadi seorang pribadi yang berkarakter, upayakanlah itu. Karakter, lebih dari apapun dan akan menjadikan Anda seorang pribadi yang memiliki nilai tambah. Karakter akan melindungi segala sesuatu yang Anda hargai dalam kehidupan ini. Setiap orang bertanggung jawab atas karakternya. Anda memiliki KONTROL PENUH atas karakter Anda, artinya Anda tidak dapat menyalahkan orang lain atas karakter Anda yang buruk karena Anda yang bertanggung jawab penuh. Mengembangkan karakter adalah TANGGUNG JAWAB pribadi Anda. http://www.pendidikankarakter.com/peran-pendidikan-karakter-dalam-melengkapi-kepribadian/

Pentingnya Peran Orangtua dalam Proses Perkembangan Anak

Bobroknya seorang anak dan remaja bisa diakibatkan oleh kesalahan orang tua dalam mendidik anak. Namun kebanyakan orang tua tidak memikirkan hal ini. Padahal di era modernisasi seperti sekarang, peran orang tua sangat diperlukan terutama berkaitan dengan kecanggihan teknologi. sesuatu yang tidak dapat dihindari bahwa teknologi berkembang dengan pesat sehingga penggunaannya banyak digunakan dengan tidak semestinya. Teknologi yang sering disalahgunakan para remaja adalah internet, padahal pemerintah telah mengeluarkan undang-undang anti pornografi dan pornoaksi, namun tetap saja mereka masih mengakses konten yang berbau negatif dan merusak moral. Teknologi canggih yang semestinya dapat menambah wawasan malah berakibat pada moral yang jelek.
Di sinilah peran orang tua dalam mengontrol dan mengawasi sang buah hati. Menjadi orang tua bukan soal siapa kita, tetapi apa yang kita lakukan. Pengasuhan tidak hanya mencakup tindakan tetapi juga mengenai apa yang kita inginkan terhadap buah hati kita dalam mengerti dan menjalani kehidupannya.
Perhatian dan kasih sayang merupakan hal yang mendasar bagi anak. Lingkungan rumah selain sebagai tempat berlindung, sebaiknya merangkap sebagai tempat mendapatkan kebutuhan hidup, bergaul, dan tempat untuk mendapatkan rasa aman, mengaktualisasikan diri, dan sebagai wahana membesarkan anak hingga dewasa dalam perkembangan psikologinya.
Orang tua sebaiknya tidak membeda-bedakan buah hati, harus ada rasa keadilan, orang tua tidak boleh pilih kasih, karena akan menimbulkan kcemburuan di antara anak, dan anak akan berfikir bahwa mereka tidak disayangi, bahkan mereka akan berfikir bahwa mereka bukan anak dari orang tua mereka.
Orang tua sebaiknya tidak memperlihatkan kemarahan terhadap anaknya. Ketidakmampuan orang tua dalam mengontrol emosi membuat anak menjadi temperamen dan mudah emosi.
Terkadang orang tua lupa berkomunikasi dengan anak-anaknya. Orang tua yang lebih memperhatikan pekerjaan dan kesibukannya, bagi mereka berkomunikasi dengan anak tidak perlu dilakukan. Mereka beranggapan bahwa anak hanya membutuhkan materi. Padahal anak sering sekali mempunyai sesuatu untuk diceritakan kepada orang tua mereka.
kedekatan hubungan anatara orang tua dengan anak tentu saja akan berpengaruh secara emosional. Anak akan merasa dibutuhkan dan merasa bahwa ia berharga di dalam keluarga, apabila ia diprhatikan oleh orang tuanya. Anak akan menganggap bahwa keluarga adalah bagian penting dari dirinya yang sangat dibutuhkan dalam segala hal.
Sebagai orang tua yang baik, jangan melihat keburukan atau kebaikan. Namun lihatlah  cara bergaul sang anak, dengan siapa bergaul, bagaimana luas pergaulannya. Bukan sekedar untuk membatasi sang anak dalam bergaul namun diharapkan impian melihat anak sukses mengarungi kehidupan tanpa mengalami kesalahan dalam pergaulan baik dilingkungan keluarga, atau lingkungan luar menjadi sebuah kenyataan. Manfaatnya kembali ke orang tua, sebab sang anak lalu menjadi orang yang menghargai kedua orang tua.

http://kesehatan.kompasiana.com/ibu-dan-anak/2012/12/07/pentingnya-peran-orang-tua-dalam-proses-perkembangan-anak-514128.html