TEORI
HUMANISTIK CARL ROGERS
MAKALAH
Diajukan untuk
Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori-Teori Kepribadian
Dosen Pengampu : Reni
Tri Herdiani
Di susun oleh :
1. Dilliage
Candra buana (111500016)
2. Fariza
Hildiyani (111500185)
3. Thofiqs
Warnanto (111500057)
4. Azis
Maulana (111500083)
5. Yulli
Eka Pratiwi (111500065)
6. Lutfiani
Wijayanti (111250027)
Semester
: 4 D
PROGDI BIMBINGAN
DAN KONSELING
FAKULTAS ILMU
KEGURUAN DAN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
PANCASAKTI TEGAL
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah
SWT, yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis bisa menyusun sebuah makalah
yang berjudul “Teori Hhumanistik menurut Carl Rogers” dengan
baik.
Dalam menyusun makalah ini, penulis berusaha untuk mengumpulkan materi dari berbagai sumber, namun demikian
tetap disadari bawa makalah ini tidak terlepas dari berbagai kekurangan bahkan
kesalahan. Sehubungan dengan hal tersebut, diharapkan adanya saran yang
bersifat menyempurnakan isi dari makalah ini yang akan diterima dengan senang
hati disertai ucapan terimakasih.
Penulis berharap
semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca yang budiman dan bagi kemajuan
dunia pendidikan Indonesia pada umumnya.
Tegal, April
2013
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .........................................................................................
KATA PENGANTAR .......................................................................................
DAFTAR ISI ......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
..............................................................................
A.
Latar
Belakang ..............................................................................
B.
Rumusan
Masalah..........................................................................
C.
Tujuan
Penulisan Makalah ............................................................
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................
A.
Sejarah
munculnya teori Humanistik.............................................
B.
Biografi Carl Rogers......................................................................
C.
Teori Humanistik Carl Rogers.......................................................
D.
Pokok-pokok
Teori Gogers............................................................
E.
Aplikasi Teori
Humanistik Terhadap Pembelajaran Siswa............
F.
Kelebihan
dan Kelemahan Teori Humanistik Carl Rogers............
BAB III PENUTUP ...........................................................................................
Kesimpulan ..........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Banyak sekali teori yang mengemukakan tentang kepribadian, akan tetapi
dalam pembahasannya, makalah ini
hanya akan membahas mengenai teori kepribadian HumanistiK. Dalam pandangan Humanistik, manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan
perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan
perilaku mereka. Aliran Humanistik menyumbangkan arah yang positif dan optimis
bagi pengembangan potensi manusia, disebut sebagai yang mengembalikan hakikat
psikologi sebagai ilmu tentang manusia. Carl Roger merupakan tokoh Teori
Kepribadian Humanistik, Ia Lahir di Illinois (1902 – 1988) Ia adalah salah
seorang peletak dasar dari gerakan potensi manusia, yang menekankan
perkembangan pribadi melalui latihan sensitivitas, kelompok pertemuan, dan
latihan lainnya yang ditujukan untuk membantu orang agar memiliki pribadi yang
sehat.
B. Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana sejarah munculnya Teori Humanisik ?
2.
Siapakah Carl Rogers itu ?
3.
Apa teori humanistik carl Rogers itu ?
4.
Apa pokok-pokok teori Rogers ?
5.
Bagaimana
Aplikasi Teori Humanistik Terhadap Pembelajaran Siswa ?
6. Apakah kelemahan dan kelebihan dari teori belajar humanistik yang dikemukakan Carl Rogers?
C. Tujuan Penulisan Makalah
1. Mengetahui bagaimana sejarah
munculnya teori humanistik.
2. Mengetahui biografi tentang Carl
Rogers.
3. Mengetahui teori humanistik menurut
Carl Rogers.
4. Mengetahui pokok-pokok teori Rogers.
5. Mengetahui aplikasi teori humanistik
terhadap pembelajaran siswa.
6. Mengetahui kelemahan dan kelebihan
dari teori humanistik yang dikemukakan oleh Carl Rogers
PEMBAHASAN
A. Sejarah munculnya Teori Humanisik
Pada akhir
tahun 1940-an muncul suatu perspektif psikologi baru. Orang-orang yang terlihat
dalam penerapan psikologilah yang berjasa dalam perkembangan ini, misalnya
ahli-ahli psikologi klinik, pekerja-pekerja sosial dan konseler, bukan
merupakan hasil penelitian dalam bidang proses belajar. Gerakan ini berkembang
dan kemudian dikenal sebagai psikologi humanistik,
eksestensial, perseptual, atau fenomenalogikal.
Psikologi ini berusaha untuk memahami perilaku seseorang dari sudut si pelaku
(behaver), bukan dari pengamat (observer).
Selain itu,
psikologi humanistik dimulai di Amerika Serikat dan Eropa pada tahun 1950-an,
dan terus-menerus tumbuh baik dalam jumlah pengikut maupun dalam lingkip
pengaruhnya. Psikologi humanistic lahir dari ketidakpuasan terhadap jalan yang
ditempuh oleh psikologi pada awal abad ke 20. Ketidakpuasan itu terutama
tertuju pada gambaran manusia yang dibentuk oleh psikologi modern, suatu
gambaran yang partial, tidak lengkap, dan satu sisi. Factor lain yang
memberikan andil terhadap kemunculan psikologi humanistic adalah keyakinan yang
dianut oleh sejumlah ahli psikologi, yakni keyakinan bahwa psikologi telah
terlalu lama mempelajari fungsi-fungsi manusia tetapi dengan menghilangkan
manusia itu sendiri, atau memusatkan perhatiannya pada hal-hal yang sekunder dan
peripheral seraya mengabaikan hal-hal yang primer dan esensial.
B. Biografi Carl Rogers
Carl Ransom Rogers lahir pada 8
januari 1902 di Oak Park, Illinois, anak ke enam bersaudara yang lahir dari
pasangan Walter dan Julia Cushing Rogers. Pada umur 12 tahun keluarganya mengusahakan pertanian dan
Rogers menjadi tertarik kepada pertanian secara ilmiah. Pertanian ini
membawanya ke perguruan tinggi, dan pada tahun-tahun pertama Rogers sangat
gemar akan ilmu alam dan ilmu hayat. Setelah menyelesaikan pelajaran di
University of Wisconsin pada 1924 Rogers masuk Union Theological College of
Columbia, disana Rogers mendapat pandangan yang liberal dan filsafat mengenai
agama. Kemudian pindah ke Teachers College of Columbia, disana Rogers
terpengaruh oleh filsafat John Dewey serta mengenal psikologi klinis dengan
bimbingan L. Hollingworth. Rogers mendapat gelar M.A. pada 1928 dan doctor pada
1931 di Columbia. Pengalaman praktisnya yang pertama-tama diperolehnya di
Institute for Child Guidance. Lembaga tersebut orientasinya Freudian. Rogers
menemukan bahwa pemikiran Freudian yang spekulatif itu tidak cocok dengan
pendidikan yang diterimanya yang mementingkan statistik dan pemikiran menurut
aliran Thorndike.
C. Teori Humanistik Carl Rogers
Rogers
terkenal sebagai seorang tokoh psikologi humanistik, aliran
fenomenologis-eksistensial, psikolog klinis dan terapis, ide – ide dan konsep
teorinya banyak didapatkan dalam pengalaman -pengalaman terapeutiknya. Ide pokok dari teori – teori Rogers yaitu
individu memiliki kemampuan dalam diri sendiri untuk mengerti diri, menentukan
hidup, dan menangani masalah – masalah psikisnya asalkan pendidik menciptakan
kondisi yang dapat mempermudah perkembangan individu untuk aktualisasi diri. Pendidikan humanistik berusaha mengembangkan individu
secara keseluruhan melalui pembelajaran nyata. Pengembangan aspek
emosional, sosial, mental, dan keterampilan dalam berkarier menjadi fokus dalam
model pendidikan humanistic. Penganut aliran Humanistik selalu mendorong
peningkatan kualitas diri manusia melalui penghargaannya terhadap
potensi-potensi positif yang ada pada setiap insan. Seiring dengan perubahan
dan tuntutan zaman, proses pendidikan pun senantiasa berubah.
Rogers menyebut teorinya bersifat humanis dan menolak pesimisme suram
dan putus asa dalam psikoanalisis serta menentang teori behaviorisme yang
memandang manusia seperti robot. Teori humanisme Rogers lebih penuh harapan dan
optimis tentang manusia karena manusia mempunyai potensi-potensi yang sehat untuk
maju. Dasar teori ini sesuai dengan pengertian humanisme pada umumnya, di mana
humanisme adalah doktrin, sikap, dan cara hidup yang menempatkan nilai-nilai
manusia sebagai pusat dan menekankan pada kehormatan, harga diri, dan kapasitas
untuk merealisasikan diri untuk maksud tertentu.
a)
Perkembangan kepribadian
·
Konsep
Diri
Konsep diri (self concept)
menurut Rogers adalah bagian sadar dari ruang fenomenal yang disadari dan
disimbolisasikan, dimana “aku“ merupakan pusat referensi setiap
pengalaman. Konsep diri merupakan bagian inti dari pengalaman individu yang
secara perlahan dibedakan dan disimbolisasikan sebagai bayangan tentang diri
yang mengatakan “apa dan siapa aku sebenarnya“ dan “apa yang
sebenarnya harus saya perbuat“. Jadi, self concept adalah kesadaran
batin yang tetap, mengenai pengalaman yang berhubungan dengan aku dan
membedakan aku dari yang bukan aku.
Contohnya
: Perut adalah bagian dari diri organismik namun, kecuali salah berfungsi dan
menyebabkan kekhawatiran, perut tampaknya tidak pernah menjadi bagian dari
konsep diri seseorang. Dengan cara yang sama, manusia dapat kehilangan
aspek-aspek tertentu kediriannya, seperti pengalaman ketidakjujuran ketika
pengalaman tersebut tidak konsisten dengan konsep diri mereka.
Karena
itu. Sekali manusia mebentuk konsep dirinya, mereka akan mnemukan bahwa
perubahan dan pembelajaran yang signifikan cukup sulit dilakukan.
Pengalaman-pengalaman yang tidak konsisten dengan konsep diri biasanya
disangkal, atau diterima hanya dalam bentuk yang terdistori. Konsep diri yang
sudah mapan bukan lantas membuat perubahan menjadi mustahil terjadi, hanya saja
sulit dilakukan. Perubahan paling siap untuk terjadi hanya jika berada dalam
atmosfer penerimaan oleh orang lain karena mengizinkan seseorang mereduksi
kecemasan dan ancaman yng dirasakannya, dan mendorongnya untuk menjadikan
pengalaman-pengalaman yang sebelumnya ditolak sebagai miliknya.
Konsep
diri ini terbagi menjadi 2 yaitu konsep diri real dan konsep diri ideal. Untuk
menunjukkan apakah kedua konsep diri tersebut sesuai atau tidak, Rogers
mengenalkan 2 konsep lagi yaitu
1. Incongruence
Incongruence adalah ketidakcocokan antara self
yang dirasakan dalam pengalaman aktual disertai pertentangan dan kekacauan
batin. Ketidakseimbangan psikologis dimulai saat kita gagal untuk menyadari
pengalaman-pengalaman keorganismean kita sebagai pengalaman diri artinya, jika
kita tidak menyimbolkan secara akurat pengalaman-penghayatan organismik
tersebut menjadi kesadaran karena mereka akan tampak tidak konsisten dengan
konsep diri kita.
2. Congruence
Congruence berarti situasi dimana pengalaman
diri diungkapkan dengan seksama dalam sebuah konsep diri yang utuh, integral,
dan sejati.
Menurut
Rogers, para orang tua akan memacu adanya incongruence ini ketika mereka
memberikan kasih sayang yang kondisionmal kepada anak-anaknya. Orang tua akan
menerima anaknya hanya jika anak tersebut berperilaku sebagaimana mestinya,
anak tersebut akan mencegah perbuatan yang dipandang tidak bisa diterima.
Disisi lain, jika orang tua menunjukkan kasih sayang yang tidak kondisional,
maka si anak akan bisa mengembangkan congruence-nya. Remaja yang orang
tuanya memberikan rasa kasih sayang kondisional akan meneruskan kebiasaan ini
dalam masa remajanya untuk mengubah perbuatan agar dia bisa diterima di
lingkungan.
Dampak
dari incongruence adalah Rogers berfikir bahwa manusia akan merasa
gelisah ketika konsep diri mereka terancam. Untuk melindungi diri mereka dari
kegelisahan tersebut, manusia akan mengubah perbuatannya sehingga mereka mampu
berpegang pada konsep diri mereka. Manusia dengan tingkat incongruence yang
lebih tinggi akan merasa sangat gelisah karena realitas selalu mengancam konsep
diri mereka secara terus menerus.
Contoh:
Erin yakin bahwa dia merupakan orang yang sangat dermawan, sekalipun
dia seringkali sangat pelit dengan uangnya dan biasanya hanya memberikan tips
yang sedikit atau bahkan tidak memberikan tips sama sekali saat di restoran.
Ketika teman makan malamnya memberikan komentar pada perilaku pemberian
tipsnya, dia tetap bersikukuh bahwa tips yang dia berikan itu sudah layak
dibandingkan pelayanan yang dia terima. Dengan memberikan atribusi perilaku
pemberian tipsnya pada pelayanan yang buruk, maka dia dapat terhindar dari
kecemasan serta tetap menjaga konsep dirinya yang katanya dermawan.
Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan,
penghargaan, penerimaan, pengagungan, dan cinta dari orang lain. Kebutuhan ini
disebut need for positive regard,
yang terbagi lagi menjadi 2 yaitu conditional
positive regard (bersyarat) dan unconditional positive regard (tak bersyarat).
Rogers menggambarkan pribadi yang
berfungsi sepenuhnya adalah pribadi yang mengalami penghargaan positip tanpa
syarat. Ini berarti dia dihargai, dicintai
karena nilai adanya diri sendiri sebagai person sehingga ia tidak bersifat
defensif namun cenderung untuk menerima diri dengan penuh kepercayaan.
Pendekatan humanistik menyatakan bahwa diri terdiri dari
konsep-konsep unik untuk diri kita sendiri komponen. Konsep- konsep tersebut antara
lain :
1.
Cukup
layak (atau harga diri) yaitu apa yang kita pikirkan tentang diri
kita. Rogers percaya perasaan harga diri yang dikembangkan pada anak usia dini
dan terbentuk dari interaksi anak dengan ibu dan ayah.
2.
Citra diri yaitu bagaimana kita melihat diri kita,
yang penting untuk kesehatan psikologis yang baik. Citra diri termasuk pengaruh
gambar tubuh kita pada kepribadian batin. Pada tingkat sederhana, kita mungkin
menganggap diri sebagai orang baik atau buruk, indah atau jelek. Citra diri
memiliki mempengaruhi bagaimana seseorang berpikir merasa dan berperilaku di
dunia.
3.
Ideal diri yaitu ingin
menjadi seperti apa diri kita. Ini
terdiri dari tujuan kita,
ambisi dalam hidup, dan dinamis - yaitu selamanya berubah. Yang ideal diri pada
anak bukanlah diri ideal di usia remaja kita atau akhir usia dua puluhan dll
Rogers lebih melihat pada masa
sekarang, dia berpendapat bahwa masa lampau memang akan mempengaruhi cara
bagaimana seseorang memandang masa sekarang yang akan mempengaruhi juga
kepribadiannya. Namun ia tetap berfokus pada apa yang terjadi sekarang bukan
apa yang terjadi pada waktu itu.
Menurut Carl Rogers
ada bebeapa hal yang mempengaruhi Diri, yaitu:
a.
Kesadaran
Tanpa adanya kesadaran, maka konsep diri dan diri ideal tidak akan
eksis.Rogers (1959) mendifinisikan kesadaran sebagai “representasi simbolik
(yang tidak mesti terperangkat dalam simbol-simbol verbal) dari sejumlah
pengalaman kita” (hlm.198). Istilah “kesadaran” ini sering disinonimkan Rogers
dengan alam sadar (conciousness) dan simbolisasi. Ada 3 tingkat kesadaran.
1)
Pengalaman yang dirasakan dibawah ambang sadar
akan ditolak atau disangkal.
2)
Pengalaman yang dapat diaktualisasikan secara
simbolis akan secara langsung diakui oleh struktur
diri.
diri.
3)
Pengalaman yang dirasakan dalam bentuk distorsi.
Jika pengalaman yang dirasakan tidak sesuai
dengan diri (self), maka dibentuk kembali dan didistorsikan sehingga dapat diasimilasikan oleh
konsep diri.
dengan diri (self), maka dibentuk kembali dan didistorsikan sehingga dapat diasimilasikan oleh
konsep diri.
b.
Kebutuhan
1) Pemeliharaan
Pemeliharaan tubuh organismik dan pemuasannya
akan makanan, air, udara, dan keamanan , sehingga tubuh cenderung ingin untuk
statis dan menolak untuk berkembang.
2)
Peningkatan diri
Meskipun tubuh menolak untuk berkembang, namun
diri juga mempunyai kemampuan untuk belajar dan berubah.
3) Penghargaan positif (positive regard)
Begitu kesadaran muncul, kebutuhan untuk
dicintai, disukai, atau diterima oleh orang lain.
4) Penghargaan diri yang positif (positive self-regard)
Berkembangannya kebutuhan akan penghargaan diri
(self-regard) sebagai hasil dari pengalaman dengan kepuasan atau
frustasi. Diri akan menghindari frustasi dengan mencari kepuasan akan positive
self-regard.
c.
Stagnasi Psikis
Stagnasi psikis terjadi bila :
1) Ada ketidak seimbangan antara konsep diri dengan pengalaman yang
dirasakan oleh diri organis.
2)
Ketimpangan yang semakin besar antara konsep diri dengan pengalaman organis
membuat seseorang menjadi mudah terkena serangan. Kurang akan kesadaran diri
akan membuat seseorang berperilaku tidak logis, bukan hanya untuk orang lain
namun juga untuk dirinya.
3) Jika kesadaran diri tersebut hilang,
maka muncul kegelisahan tanpa sebab dan akan memuncak menjadi ancaman.
Untuk mencegah tidak konsistennya pengalaman organik dengan konsep diri,
maka perlu diadakan pertahanan diri, adalah perlindungan terhadap konsep diri
terhadap kecemasan dan ancaman lewat penyangkalan atau pendistorsian
pengalaman-pengalaman yang konsisten dengannya (Rogers 1959), Karena konsep
diri terdiri atas banyak pernyataan diskriptif maka hal ini merupakan fenomenon
dengan banyak sisi. Ketika pengalaman kita tidak konsisten dengan salah satu
bagian konsep-diri, kita akan bersikap defensif untuk melindungi konsep diri
saat.
Dua pembelaan diri yang utama adalah distorsi dan penyangkalan. Yang
dimaksud distorsi adalah kesenjangan menginterpretasikan pengalaman secara
keliru agar cocok dengan beberapa aspek konsep diri. Sementara penyangkalan
adalah penolakan untuk memahami pengalaman dalam kesadaran kita atau minimal
menjauhkan beberapa aspeknya mencapai simbolisasi. Penyangkalan tidak seumum
distorsi karena sebagian besar pengalaman bisa diplintir atau dibentuk ulang
agar cocok dengan konsep diri yang ada. Menurut Rogers (1959) baik distorsi
maupun penyangkalan melayani tujuan yang sama mereka mempertahankan persepsi
tentang penghayatan organismik yang konsisten dengan konsep diri, mengijinan
kita mengabaikan atau menghalangi pengalaman yang dapat menyebabkan rasa cemas
atau pengalaman yang tidak menyenangkan.
Cara pertahanan adalah karakteristik untuk orang normal dan neurotik.
Jika seseorang gagal dalam menerapkan pertahanan tersebut, maka individu akan
menjadi tidak terkendali atau psikotik. Individu dipaksakan untuk menerima
keadaan yang tidak sesuai dengan konsep dirinya terus menerus dan akhirnya
konsep dirinya menjadi hancur. Perilaku tidak terkendali ini dapat muncul
mendadak atau dapat pula muncul bertahap.
D.
Pokok-pokok Teori Rogers
Konsepsi-konsepsi pokok dalam teori
Rogers adalah :
organism, yaitu keseluruhan individu (the total individual)
organism, yaitu keseluruhan individu (the total individual)
medan phenomenal, yaitu keseluruhan pengalaman (the totally
of experience)
self, yaitu bagian medan phenomenal yang terdiferensiasikan
dan terdiri dari pola-pola pengamatan dan penilaian sadar daripada “I” atau
“me”
1) Organisme
Organisme
memiliki sifat-sifat berikut :
§ Organisme bereaksi sebagai
keseluruhan terhadap medan phenomenal dengan maksud memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya.
§ Organisme mempunyai satu motif dasar
yaitu : mengaktualisasikan, mempertahankan dan mengembangkan diri.
§ Organisme mungkin melambangkan
pengalamanya, sehingga hal itu disadari, atau mungkin menolak pelambangan itu,
sehingga pengalaman-pengalaman itu tak disadari, atau mungkin juga organisme
itu tak memperdulikan pengalaman-pengalamannya.
2) Medan phenomenal
Medan
phenomenal punya sifat disadari atau tak disadari, tergantung pengalaman yang
mendasari medan phenomenal itu dilambangkan atau tidak.
3) Self
Self
mempunyai bermacam-macam sifat :
§ Self berkembang dari interaksi
organisme dengan lingkungannya.
§ Self mungkin menginterasikan
niali-nilai orang lain dan mengamatinya dalam cara (bentuk) yang tidak wajar.
§ Self mengejar (menginginkan)
consistency (keutuhan/kesatuan, keselarasan)
§ Organisme bertingkah laku dalam cara
yang selaras (consistent) dengan self.
§ Pengalaman-pengalaman yang tak
selaras dengan struktur self diamati sebagai ancaman.
§ Self mungkin berubah sebagai hasil
dari pematangan (maturation) dan belajar.
E.
. Aplikasi
Teori Humanistik Terhadap Pembelajaran Siswa
Aplikasi teori humanistic lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama
proses pembelajaran yang mewarnai metode- metode yang diterapkan. Peran guru
dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa, yang memberikan motivasi dan kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan
siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa
untuk memperoleh tujuan pembelajaran.
Siswa berperan sebagai pelaku utama ( student center ) yang memaknai
proses pengalaman belajarnya sendiri. Tujuan pembelajaran lebih kepada proses
belajarnya daripada hasil belajar.
Pembelajaran berdasarkan teori humanistic ini cocok diterapkan untuk
materi- materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani,
perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indicator dari
keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang, bergairah, berinisiatif
dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
F. Kelemahan
dan kelebihan teori Humanistik Carl Rogers
Kelemahan
teori Humanistik Carl Rogers terletak pada perhatiannya yang semata- mata
melihat kehidupan diri sendiri dan bukan pada bantuan untuk pertumbuhan serta
perkembangan orang lain. Rogers berpendapat bahwa orang yang berfungsi
sepenuhnya tampaknya merupakan pusat dari dunia, bukan seorang partisipan
yang berinteraksi dan bertanggung jawab di dalamnya. Selain itu, gagasan bahwa seseorang harus dapat memberikan respons secara
realistis terhadap dunia sekitarnya masih sangat sulit diterima. Semua orang
tidak bisa melepaskan
subyektivitasnya dalam memandang dunia karena kita sendiri tidak tahu dunia itu
secara obyektif.
Rogers juga
mengabaikan aspek- aspek sadar dalam tingkah laku manusia karena ia lebih
melihat pada pengalaman masa sekarang dan masa depan, bukannya pada masa lampau
yang biasanya penuh dengan pengalaman traumatic yang menyebabkan seseorang
mengalami suatu penyakit psikologis.
Kelebihan teori Humanistik Carl
Rogers pencatatan yang tepat mengenai jalannya terapi ini
memungkinkan rogers menyelidiki jalannya perawatan secara obyektif dan
kuantitatif
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam pandangan Humanistik, manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan
perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan
perilaku mereka. Aliran Humanistik menyumbangkan arah yang positif dan optimis
bagi pengembangan potensi manusia, disebut sebagai yang mengembalikan hakikat
psikologi sebagai ilmu tentang manusia, pada sisi perkembangan kepribadian manusia / individu.
Psikolog humanistik mencoba untuk melihat kehidupan manusia sebagaimana manusia
melihat kehidupan mereka. Mereka berfokus pada kemampuan manusia untuk berfikir
secara sadar dan rasional untuk dalam mengendalikan hasrat biologisnya, serta
dalam meraih potensi maksimal mereka. Dalam pandangan humanistik, manusia
bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan
kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka.
DAFTAR
PUSTAKA
Rogers, C. R., & Dymond, R E. (Ed). (1954). Psychoterapy and Personality Change: Co
ordinated Research Studies in the Client Centered Approach. Chicago:
University of Chicago Press.
(1986). What Understanding and Acceptance Mean to
Me. Dalam, Journal of Humanistic
Psychology, 35, 7-22.
Rogers, C. R., Counseling and psychotherapy: newer
concepts in practice, Houghton, Boston, 1942.
Rogers, C. R., Some observations on the organisation
of personality Amer. Psychologist,-1947, 2, 358-368.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar