Kamis, 16 Mei 2013

Masalah Pribadi dan Sosial dalam Perspektif Bimbingan dan Konseling

Bimbingan dan Konseling secara umum (dalam pola 17) memecah bidang layanan bimbingan dan konseling Pribadi dengan Bimbingan dan Konseling Sosial. Dalam perspektif Bimbingan dan Konseling, masalah sosial dibedakan dengan masalah pribadi melalui pemisahan layanan ini. Akan tetapi dalam perspektif psikologi masalah pribadi dan masalah sosial pada dasarnya sama, tidak terpisahkan dan sulit dibedakan. Sebagai mahasiswa calon konselor kita harus lebih memahami perbedaan diantara keduanya di dalam layanan Bimbingan dan Konseling serta membedakannya dari sekedar menyangkut permasalahan-permasalahan berkenaan pribadi dan sosial (pemahaman sempit). Apabila ditinjau dari sudut padang masalahnya, masalah sosial berimpitan dengan masalah pribadi. Penjelasannya sebagai berikut : 1. Masalah sosial yang dimaksud adalah masalah sosial yang menyangkut diri klien (kajian ilmu Bimbingan dan Konseling), bukan masalah sosial kemasyarakatan (kajian ilmu sosiologi. Masalah sosial yang dimaksud di dalam kajian ilmu Sosiologi adalah masalah-masalah sosial yang timbul dalam kehidupan bermasyarakat dan obyeknya adalah masyarakat, seperti pengangguran, kriminalitas, kemiskinan, perbedaan strata ekonomi dan sosial dalam masyarakat. Sementara dalam Bimbingan dan Konseling, obyek masalah sosial adalah individu manusia dalam hubungannya dengan individu lain. 2. Masalah sosial konseli bersumber dari Masalah pribadi konseli. Jika dipahami bahwa masalah sosial berkenaan dengan individu. Maka, lahirnya masalah sosial dalam individu pada dasarnya merupakan efek atau pengaruh dari masalah pribadi yang terjadi dalam diri individu tersebut. Misalnya, konseli yang mengalami masalah pribadi disebabkan orang tuanya dirumah tidak harmonis, konseli tersebut menampakkan gejala-gejala perilaku pendiam dan murung saat di sekolah dan ketika bergaul dengan teman-teman. Gejala itu kemudian menahun dan menjadi sebuah masalah sosial yaitu mengucilkan diri dari pergaulan dengan teman-temannya. Dapat dilihat disini bahwa sumber utama masalah sosial yang dialami individu adalah masalah pribadi. 3. Rekonstruksi hubungan sosial melalui layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok sebagai upaya perbaikan hubungan sosial konseli adalah perbaikan diri pribadi konseli bukan perbaikan hubungan sosial yang dialami konseli dengan lingkungan sosial. Sehingga, di dalam Bimbingan dan Konseling kelompok konseli bisa bersama dengan anggota kelompok lain yang tidak memiliki hubungan masalah sosial dengan klien bahkan bisa tidak saling mengenal sebelumnya. Pemecahan masalah dalam konseling kelompok lebih ditekankan pada dinamika kelompoknya, yang membuat konseli merasa aman dan percaya pada kelompok agar dalam kehidupan nyata konseli benar-benar dapat membaur pada kelompok yang lebih luas. Dorongan, motivasi dan pemecahan masalah pada konseling kelompok lebih terasa bagi konseli karena persamaan nasib para anggota kelompok yang lain. Dan juga, permasalahan yang dibahas pada konseling kelompok adalah masalah yang lebih bersifat pribadi. Sementara perbaikan hubungan konseli dengan lingkungan sosial konseli adalah atas kehendak konseli sendiri akibat dari pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Kelompok. Apabila kita kaji lebih dalam. Menurut Dr. Syamsu Yusuf dan Dr. Ahmad Juntika Nurihsan (2008) disebutkan bahwa bidang layanan Bimbingan dan Konseling pribadi merupakan layanan yang diberikan agar konseli dapat mengembangkan: 1. Ketakwaan kepada Tuhan Yang maha Esa 2. Perolehan sistem nilai 3. Kemandirian emosional 4. Pengembangan keterampilan intelektual 5. Menerima diri dan mengembangkannya secara efektif Sementara bidang layanan Bimbingan dan Konseling sosial merupakan layanan yang diberikan agar konseli dapat mengembangkan : 1. Perilaku sosial yang bertanggung jawab 2. Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya 3. Mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga. Di dalam poin-poin diatas, jelas sekali bahwa obyek dari layanan tersebut adalah diri pribadi konseli. Pada layanan pribadi, konseli lebih diarahkan pada pengembangan kediriannya sebagai makhluk individual. Sementara pada layanan sosial, konseli dikembangkan kediriannya dan hubungan interaktifnya dengan lingkungan sosialnya sebagai makluk sosial. Sehingga bukan pada persoalan permasalahannya (apakah termasuk masalah pribadi-atau masalah sosial). Dengan demikian, pada layanan bimbingan dan konseling sosial, konselor dan konseli lebih dihadapkan pada cara untuk mengembangkan diri konseli menjadi manusia seutuhnya. Baik secara konseling perseorangan (individual) maupun secara kelompok. Konseli lebih dibekali seperangkat cara (metode) untuk memecahkan permasalahannya sendiri ketimbang mencari pemecahan atas masalah konseli. Hal ini yang membedakan layanan pribadi dengan layanan sosial. Setidaknya ada 4 bagaimana (cara), yang merupakan bahasan dari layanan bimbingan dan konseling sosial antara lain: 1. Bagaimana konseli dapat menempatkan diri dalam lingkungan sosial. Individu sebagai makhluk sosial, sehingga konseli ditumbuhkan pemahamannya mengenai hakekat kemanusiaannya. 2. Bagaimana konseli bersikap baik dan semestinya terhadap lingkungan sosial menurut standar moral, hukum dan agama yang berlaku setempat. Misalnya sopan santun, tata krama, rasa menghormati dan menghargai orang lain. 3. Bagaimana mendidik perilaku konseli yang tidak normative menjadi lebih normatif. 4. Bagaimana agar konseli dapat belajar dari lingkungan sosialnya, yang baik diambil, yang jelek dibuang. 5.Bagaimana membuat konseli dapat memahami perbedaan lingkungan sosial budaya, mengenal perbedaan lingkungan budaya yang multikultural dan dapat menyesuaikan diri baik dalam lingkungan yang berbeda maupun dnegan orang yang mempunyai latar belakang budaya yang berbeda dengan dirinya. Referensi : Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan Profil). Jakarta: Ghalia Indonesia. Yusuf, Syamsu dan A. Juntika Nurihsan. 2008. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya http://himcyoo.wordpress.com/2011/02/22/masalah-pribadi-dan-sosial-dalam-perspektif-bimbingan-dan-konseling/

4 komentar: